Praktek - praktek Kode Etik dalam Penggunaan Teknologi
Informasi
Praktek
- praktek Kode Etik dalam Penggunaan Teknologi Informasi
Sebagai aturan umum, semua sumber daya dan fasilitas yang berkaitan dengan IT disediakan
hanya untuk penggunaan internal dan / atau hal - hal yang berkaitan dengan
bisnis, bukan untuk penggunaan pribadi.
Fasilitas IT yang telah disediakan untuk para karyawan tidak boleh digunakan
untuk keuntungan pribadi, tidak disalahgunakan selama jam kerja, dan tetap
merupakan milik AkzoNobel. Pengungkapan atau penyebaran informasi rahasia atau
kepemilikan mengenai AkzoNobel, produknya, atau pelanggannya, diluar struktur
komunikasi resmi adalah terlarang.
Sumber daya dan fasilitas terkait dengan IT tidak boleh digunakan secara tidak
etis atau ilegal, atau yang dapat mempermalukan, mencemarkan, kesalahan
penggambaran, atau menyampaikan suatu kesan yang tidak adil atau tidak
menguntungkan bagi AkzoNobel atau urusan - urusan bisnisnya, para pegawai, para
pemasok, para pelanggan, para pesaing, atau para stakeholder.
Akses yang tidak sah terhadap informasi dan sistem informasi adalah terlarang
akses harus memperoleh ijin dari pemilik informasi dan sesuai dengan deskripsi
kerja dari pengguna. Sistem informasi dapat diamankan dengan password pribadi
dan atau tambahan otentifikasi seperti hardware tokens para pengguna harus
menggunakannya secara bertanggung jawab, menyimpannya secara pribadi dan
mengamankan dari penyalahgunaan.
Instalasi, perubahan, penghapusan, atau penggunaan pribadi dari software yang
disediakan oleh AkzoNobel atau terdapat dalam Sistem Informasi AkzoNobel harus
mendapat ijin dan dikelola oleh organisasi Manajemen Informasi atau pihak yang
didelegasikan.
Untuk mencegah pencurian, kehilangan, atau penggunaan informasi dan sistem yang
tidak sah, pengguna harus berusaha memastikan keamanan fisik dari hardware yang
diberikan seperti laptop, telepon, token, USB stick, dan lain - lain.
Untuk menjaga keberadaan data perusahaan, para pengguna harus mengamankan
informasi bisnis yang relevan secara tepat waktu, dengan membuat back - up atau
menyimpan data pada network drive.
Berikut merupakan beberapa ciri khas yang dimiliki oleh seseorang profesional
secara umum, yaitu :
1. Keterampilan yang berdasar pada Pengetahuan Teoretis
Profesional diasumsikan mempunyai pengetahuan teoretis yang ekstensif dan
memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan tersebut dan bisa
diterapkan dalam praktek.
2. Asosiasi Profesional
Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para anggotanya, yang
dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi profesi
tersebut biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang Ekstensif
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam jenjang
pendidikan tinggi.
4. Ujian Kompetensi
Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk lulus
dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoretis.
5. Pelatihan Institutional
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan
istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum
menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan
profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi Kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka agar
terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode Etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.
9. Mengatur Diri
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi.
10. Layanan Publik dan Altruisme
Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama
berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi
terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan Imbalan yang Tinggi
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan
imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai
pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.
Kode Etik
Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip
atau norma - norma dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau developer
TI dengan klien, antara para professional sendiri, antara organisasi profesi
serta organisasi profesi dengan pemerintah.
Salah satu bentuk hubungan seorang profesional dengan klien (pengguna jasa)
misalnya pembuatan sebuah program aplikasi.
Seorang profesional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal yang
harus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh
kliennya atau user dapat menjamin keamanan (security) sistem kerja program
aplikasi tersebut dari pihak - pihak yang dapat mengacaukan sistem kerjanya
(misalnya : hacker, cracker, dan - lain lain).
Ada 3 hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi :
- Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap
anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
- Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial
bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan (kalangan sosial).
- Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak
diluar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan
profesi.
Prinsip dan
Tujuan dari kode etik
Ada 8 hal
pokok yang merupakan prinsip dasar dari kode etik profesi :
1. Prinsip
Standar Teknis
Setiap
anggota profesi harus melaksanakan jasa profesional yang relevan dengan bidang
profesinya.
2. Prinsip
Kompetensi
Setiap
anggota profesi harus melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya dengan
kehati -hatian, kompetensi dan ketekunan.
3. Prinsip
Tanggung Jawab Profesi
Setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukan.
4. Prinsip
Kepentingan Publik
Setiap
anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak memberikan jasa profesionalnya
dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
5. Prinsip
Integritas
Pelaku
profesi harus menjunjung nilai tanggung jawab profesional dengan integritas
setinggi mungkin untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik yang
menggunakan jasa profesionalnya.
6. Prinsip
Obyektivitas
Setiap
anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
7. Prinsip
Kerahasiaan
Setiap
anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
8. Prinsip
Perilaku Profesional
Setiap
anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi yang diembannya.
Prinsip -
prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang
lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan
tenaga ahli profesi yang didefinisikan dalam suatu negara tidak sama.
Adapun yang
menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan dalam kode etik (Code
of conduct) profesi adalah :
- Standar - standar etika
menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien, institusi, dan
masyarakat pada umumnya.
- Standar - standar etika
membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus mereka
perbuat kalau mereka menghadapi dilema - dilema etika dalam pekerjaan.
- Standar - standar etika
membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsi - fungsi profesi
dalam masyarakat melawan kelakuan - kelakuan yang jahat dari anggota -
anggota tertentu.
- Standar - standar etika
mencerminkan / membayangkan pengharapan moral - moral dari komunitas,
dengan demikian standar - standar etika menjamin bahwa para anggota
profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik) profesi dalam
pelayanannya.
- Standar - standar etika
merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau kejujuran dari
tenaga ahli profesi.
- Perlu diketahui bahwa kode etik
profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang - undang). Seorang
ahli profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau
denda dari induk organisasi profesinya.
Kode Etik
dalam penggunaan Internet
Adapun kode
etik yang diharapkan bagi para pengguna internet adalah :
- Menghindari dan tidak
mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan masalah
pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.
- Menghindari dan tidak
mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung secara langsung
dan negatif masalah suku, agama dan ras (sara), termasuk didalamnya usaha
penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk
pelanggaran hak atas perseorangan, kelompok / lembaga / institusi lain.
- Menghindari dan tidak
mempublikasikan informasi yang berisi instruksi untuk melakukan perbuatan
melawan hukum (illegal) positif di Indonesia dan ketentuan internasional
umumnya.
- Tidak menampilkan segala bentuk
eksploitasi terhadap anak - anak dibawah umur.
- Tidak mempergunakan,
mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi yang
memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.
- Bila mempergunakan script,
program, tulisan, gambar / foto, animasi, suara atau bentuk materi dan informasi
lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus mencantumkan identitas sumber
dan pemilik hak cipta bila ada dan bersedia untuk melakukan pencabutan
bila ada yang mengajukan keberatan serta bertanggung jawab atas segala
konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.
- Tidak berusaha atau melakukan
serangan teknis terhadap produk, sumber daya (resource) dan peralatan yang
dimiliki pihak lain.
- Menghormati etika dan segala
macam peraturan yang berlaku dimasyarakat internet umumnya dan bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap segala muatan / isi situsnya.
- Untuk kasus pelanggaran yang
dilakukan oleh pengelola, anggota dapat melakukan teguran secara langsung.
Pelanggaran
Kode Etik Profesi IT
Aspek -
aspek Tinjauan Pelanggaran Kode Etik Profesi IT :
1. Aspek
Teknologi
Semua
teknologi adalah pedang bermata dua, ia dapat digunakan untuk tujuan baik dan
jahat. Contoh teknologi nuklir dapat memberikan sumber energi tetapi nuklir juga
enghancurkan kota hirosima.
Seperti
halnya juga teknologi kumputer, orang yang sudah memiliki keahlian dibidang
computer bias membuat teknologi yang bermanfaat tetapi tidak jarang yang
melakukan kejahatan.
2. Aspek
Hukum
Hukum untuk
mengatur aktifitas di internet terutama yang berhubungan dengan kejahatan maya
antara lain masih menjadi perdebatan. Ada dua pandangan mengenai hal tersebut
antara lain :
- Karakteristik aktifitas di
internet yang bersifat lintas batas sehingga tidak lagi tunduk pada batasan
- batasan teritorial,
- Sistem hukum tradisiomal (The
Existing Law) yang justru bertumpu pada batasan - batasan teritorial
dianggap tidak cukup memadai untuk menjawab persoalan - persoalan hukum
yang muncul akibat aktifitas internet. Dilema yang dihadapi oleh hukum
tradisional dalam menghadapi fenomena - fenomena cyberspace ini merupakan
alasan utama perlunya membentuk satu regulasi yang cukup akomodatif
terhadap fenomena - fenomena baru yang muncul akibat pemanfaatan internet.
Aturan hukum yang akan dibentuk itu harus diarahkan untuk memenuhi
kebutuhan hukum (the legal needs) para pihak yang terlibat di dalam
transaksi - transaksi lewat internet. Hukum harus diakui bahwa yang ada di
Indonesia sering kali belum dapat menjangkau penyelesaian kasus kejahatan komputer.
Untuk itu diperlukan jaksa yang memiliki wawasan dan cara pandang yang
luas mengenai cakupan teknologi yang melatar belakangi kasus tersebut.
Sementara hukum di Indonesia itu masih memiliki kemampuan yang terbatas
didalam penguasaan terhadap teknologi informasi.
3. Aspek Pendidikan
Dalam kode etik hacker ada
kepercayaan bahwa berbagi informasi adalah hal yang sangat baik dan berguna,
dan sudah merupakan kewajiban (kode etik) bagi seorang hacker untuk membagi
hasil penelitiannya dengan cara menulis kode yang open source dan memberikan
fasilitas untuk mengakses informasi tersebut dan menggunakan peralatan
pendukung apabila memungkinkan.
Disini kita bisa melihat adanya
proses pembelajaran, yang menarik dalam dunia hacker yaitu terjadi strata -
strata atau tingkatan yang diberikan oleh komunitas hacker kepada seseorang
karena kepiawaiannya bukan karena umur atau senioritasnya.
Untuk
memperoleh pengakuan atau derajat seorang hacker mampu membuat program untuk
ekploit kelemahan sistem menulis tutorial / artikel aktif diskusi di mailing
list atau membuat situs website, dan sebagainya.
4. Aspek
Ekonomi
Untuk
merespon perkembangan di Amerika Serikat sebagai pioneer dalam pemanfaatan
internet telah mengubah paradigma ekonominya yaitu paradigma ekonomi berbasis
jasa (From a manufacturing based economy to service – based economy).
Akan tetapi
pemanfaatan teknologi yang tidak baik (adanya kejahatan didunia maya) bisa
mengakibatkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit.
5. Aspek
Sosial Budaya
Akibat yang
sangat nyata adanya cyber crime terhadap kehidupan sosial budaya di Indonesia adalah
ditolaknya setiap transaksi di internet dengan menggunakan kartu kredit yang
dikeluarkan oleh perbankan Indonesia. Masyarakat dunia telah tidak percaya lagi
dikarenakan banyak kasus credit card PRAUD yang dilakukan oleh netter asal Indonesia.
Isu - Isu
Dalam Kode Etik Profesi IT
Isu - isu
Pokok dalam Etika Teknologi Informasi :
1. Cyber
Crime
Merupakan
kejahatan yang dilakukan seseorang atau kelompok orang dengan menggunakan
komputer sebagai basis teknologinya, antara lain :
- Hacker : seseorang yang
mengakses komputer / jaringan secara ilegal.
- Cracker : seseorang yang
mengakses komputer / jaringan secara ilegal dan memiliki niat buruk.
- Script Kiddie : serupa dengan cracker
tetapi tidak memilki keahlian teknis.
- Cyber Terrorist : seseorang
yang menggunakan jaringan / internet untuk merusak dan menghancurkan
komputer / jaringan tersebut untuk alasan politis.
Contoh pekerjaan
yang biasa dihasilkan dari para cyber crime ini adalah berkenaan dengan
keamanan,
yaitu :
·
Malware
Virus merupakan
program yang bertujuan untuk mengubah cara bekerja komputer tanpa seizin
pengguna. Worm merupakan program - program yang menggandakan dirinya
secara berulang - ulang di komputer sehingga menghabiskan sumber daya. Trojan
merupakan program / sesuatu yang menyerupai program yang bersembunyi di dalam
program komputer kita.
·
Denial
Of Service Attack
Merupakan serangan
yang bertujuan untuk akses komputer pada layanan website atau email. Pelaku
akan mengirimkan data yang tak bermanfaat secara berulang - ulang sehingga
jaringan akan memblok pengunjung lainnya. Back door merupakan program yang
memungkinkan pengguna tak terotorisasi bisa masuk ke komputer tertentu. Spoofing
merupakan teknik untuk memalsukan alamat IP komputer sehingga dipercaya
oleh jaringan.
·
Penggunaan
Tak Terotorisasi
Merupakan
penggunaan komputer atau data - data di dalamnya untuk aktivitas illegal atau
tanpa persetujuan.
Merupakan trik yang
dilakukan pelaku kejahatan untuk mendapatkan informasi rahasia. Jika phishing menggunakan
email, maka pharming langsung menuju ke website tertentu.
·
Spam
Email yang
tidak diinginkan yang dikirim ke banyak penerima sekaligus.
· Spyware
Program
yang terpasang untuk mengirimkan informasi pengguna ke pihak lain.
2. Cyber
Ethic
Dampak dari
semakin berkembangnya internet, yang didalamnya pasti terdapat interaksi antar
penggunanya yang bertambah banyak kian hari, maka dibutuhkan adanya etika dalam
penggunaan internet tersebut.
3.
Pelanggaran Hak Cipta
Merupakan
masalah tentang pengakuan hak cipta dan kekayaan intelektual, dengan kasus
seperti pembajakan, cracking, illegal software. Berdasarkan laporan Bussiness
Software Alliance (BSA) dan International Data Corporation (IDC) dalam Annual
Global Software Piracy 2007, dikatakan Indonesia menempati posisi 12 sebagai
negara terbesar dengan tingkat pembajakan software.
4. Tanggung
Jawab Profesi TI
Sebagai
tanggung jawab moral, perlu diciptakan ruang bagi komunitas yang akan saling
menghormati di dalamnya, Misalnya IPKIN (Ikatan Profesi Komputer dan
Informatika) semenjak tahun 1974.
Perlunya
Kode Etik
Kode etik
yang mengikat semua anggota profesi perlu ditetapkan bersama. Tanpa kode etik,
maka setia individu dalam satu komunitas akan memiliki tingkah laku yang
berdeda beda yang nilai baik menurut anggapanya dalam berinteraksi dengan
masyarakat lainnya.
Tidak dapat
dibayangkan betapa kacaunya apabila setiap orang dibiarkan dengan bebas
menentukan mana yang baik mana yang buruk menurut kepentinganya masing masing,
atau menipu dan berbohong dianggap perbuatan baik, atau setiap orang diberikan
kebebasan untuk berkendaraan di sebelah kiri dan kanan sesuai
keinginanya.
Oleh karena
itu nilai etika atau kode etik diperlukan oleh masyarakat, organisasi, bahkan
negara agar semua berjalan dengan tertib, lancar dan teratur.
Dilema Etika
Dalam hidup
bermasyarakat perilaku etis sangat penting, karena interaksi antar dan di dalam
masyarakat itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai - nilai etika. Pada
dasarnya dapat dikatakan bahwa kesadaran semua anggota masyarakat untuk
berperilaku secara etis dapat membangun suatu ikatan dan keharmonisan
bermasyarakat.
Namun
demikian, kita tidak bisa mengharapkan bahwa semua orang akan berperilaku
secara etis. Terdapat dua faktor utama yang mungkin menyebabkan orang
berperilaku tidak etis, yakni :
- Standar etika orang tersebut
berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Misalnya, seseorang menemukan
dompet berisi uang di bandar udara (bandara). Dia mengambil isinya dan
membuang dompet tersebut di tempat terbuka. Pada kes empatan berikutnya,
pada saat bertemu dengan keluarga dan teman - temannya, yang bersangkutan
dengan bangga bercerita bahwa dia telah menemukan dompet dan mengambil
isinya.
- Orang tersebut secara sengaja
bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri. Misalnya, seperti
contoh di atas, seseorang menemukan dompet berisi uang di bandara. Dia
mengambil isinya dan membuang dompet tersebut di tempat tersembunyi dan
merahas iakan kejadian tersebut.
Dorongan orang
untuk berbuat tidak etis mungkin diperkuat oleh rasionalisasi yang dikembangkan
sendiri oleh yang bersangkutan berdasarkan pengamatan dan pengetahuannya.
Rasionalisasi tersebut mencakup tiga hal sebagai berikut :
- Setiap orang juga melakukan hal
(tidak etis) yang sama. Misalnya, orang mungkin berargumen bahwa tindakan
memalsukan perhitungan pajak, menyontek dalam ujian, atau menjual barang
yang cacat tanpa memberitahukan kepada pembelinya bukan perbuatan yang
tidak etis karena yang bersangkutan berpendapat bahwa orang lain pun
melakukan tindakan yang sama.
- Jika sesuatu perbuatan tidak
melanggar hukum berarti perbuatan tersebut tidak melanggar etika. Argumen
tersebut didas arkan pada pemikiran bahwa hukum yang sempurna harus
sepenuhnya dilandaskan pada etika. Misalnya, seseorang yang menemukan
barang hilang tidak wajib mengembalikannya kec uali jika pemiliknya dapat
membuktikan bahwa barang yang ditemukannya tersebut benar-benar milik
orang yang kehilangan tersebut.
- Kemungkinan bahwa tindakan
tidak etisnya akan diketahui orang lain serta sanksi yang harus ditanggung
jika perbuatan tidak etis tersebut diketahui orang lain tidak signifikan.
Misalnya penjual yang secara tidak sengaja terlalu besar menulis harga
barang mungkin tidak akan dengan kesadaran mengoreksinya jika jumlah
tersebut sudah dibayar oleh pembelinya. Dia mungkin akan memutus kan untuk
lebih baik menunggu pembeli protes untuk mengoreksinya, sedangkan jika
pembeli tidak menyadari dan tidak protes maka penjual tidak perlu
memberitahu.
<sumber :
http://www.2tinta.com/2015/06/education-praktek-praktek-kode-etik.html#more>